Syaqila Puri
Dila seorang gadis cantik yang hanya tinggal Bersama Ibu dan adik perempuannya.
Ayahnya telah pulang ke sang pencipta sejak tiga tahun yang lalu saat dirinya
masih kelas 6 SD. Ibunya seorang pekerja keras, membanting tulang tanpa
mengenal kata lelah untuk mencukupi kebutuhan mereka, serta membiayai uang
sekolah anak - anaknya dengan harapan anaknya bisa menjadi anak yang sukses
nantinya. Syaqila sangat menyayangi Ibunya dan adiknya. Rasa takut terbesar
Syaqila muncul ketika kehilangan mereka, bagi Syaqila mereka adalah dunianya.
Saat ini
Syaqila duduk di bangku kelas 9 dan sebentar lagi dia akan melanjutkan ke
jenjang Madrasah Aliyah (MA), namun, dia dilanda rasa bimbang karena terus
terusan teringat perkataan Ibunya beberapa hari yang lalu.
Flashback On
"Nak Ibu
mau ngomong sama kamu," ucap Erni, Ibu Sysqila. Syaqila yang sedang
mengajari adiknya belajar pun menghentikan aktivitasnya.
"Iya, Bu,
mau ngomong apa?," tanya Syaqila.
"Sebentar
lagi kamu kan mau meneruskan ke jenjang Aliyah, Ibu teringat dengan wasiat Ayah
kamu sebelum meninggal," kata bu Erni yang membuat Syaqila penasaran
dengan wasiat ayahnya.
"Wasiat
apa, Bu?," tanya Syaqila.
"Dulu ayahmu
berpesan pada Ibu bahwa beliau menginginkan kamu menjadi penghafal
Al-Qur'an," ucap ibu Syaqila
"Penghafal
Al-Qur'an? Mm..maksud ibu, Syaqila harus mondok?,"tebak Syaqila.
Ibu hanya
tersenyum, kemudian, mengelus tangan putri yang disayanginya.
Kamu tidak
keberatan kan, Nak? Ibu juga pengen lihat putri Ibu menjadi hafidzah, agar bisa
menolong ayah dan ibu diakhirat nanti," tutur Ibu Syaqila terenyuh.
"Nanti ibu sama Jasmin gimana?" tanyanya dengan nada khawatir.
"Jangan
pikirin Ibu dan Jasmin, Syaqila. Kita akan baik-baik saja. Cukup melihat putri
Ibu ini bisa menempuh ilmu dengan baik sudah membuat ibu bahagia," jelas
ibu Syaqıla dengan nada yang menenangkan.
"Tenang
aja, Kak, aku bakal jagain Ibu kok," sahut Jasmin, adik Syaqila yang kini
tengah duduk di bangku kelas tujuh. Syaqila menghela napasnya, kemudian, dia
tersenyum tipis.
"InsyaAllah
akan Syaqila lakukan," ujar Syaqila.
Ibu Erni
memeluk ke dua putrinya dan mengelus kepala mereka dengan lembut.
Setelah
memikirkan dengan matang, akhirnya Syaqıla memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan sesuai dengan yang diucapkan Ibunya, yaitu sekolah sekaligus mondok.
Dia bertekad untuk membuat orang tuanya bangga atas apa yang dilakukan oleh
Syaqila walaupun Ayahnya sudah tenang di sana.
Enam bulan kemudian.
Sudah
berbulan-bulan Syaqila berada di pondoknya, di sana dia mempelajari berbagai
macam ilmu dan dari sana tahu apa arti kemandirian. Di pondok Syaqıla menemukan
teman yang beragam-ragam, dia kira anak pondok pegangannya Al-Qur'an, dia kira
anak pondokan selalu mencerminkan seorang santri Namun, nyatanya tidak. Banyak
yang tidak sungguh-sungguh dalam menuntur ilmu, sering Syaqila jumpai ketika
sedang menghafal Al-Qur'an dia melihat teman-temannya malah asyik bermain, ghibah
dan membicarakan hal-hal yang tidak penting Syaqila hanya bisa membatin melihat
kelakuan teman-temannya,
apa tujuan
mereka mondok jika yang dilakukan hanya bermain Syaqila berjanji akan
bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan hafalan Al- Qur'annya, dia tidak akan
mengecewakan Ibunya yang sudah membiayai dirinya hingga ia bisa mondok di sini.
Tiga tahun kemudian.
Tak terasa
waktu berjalan cepat. Hari demi hari Bu Erni jalani dengan baik bersama putri
bungsunya. Jika mengingat Syaqila, beliau rindu dengan kehadiran Syaqila di
rumah. Bu Erni hanya bisa mendoakan yang terbaik buat putri sulungnya.
Hari ini bu
Erni tiba-tiba mendapatkan surat undangan dan pondoknya Syaqila, hatinya resah
karena takut jika terjadi apa-apa dengan anaknya itu. Namun, ketika membuka
surat itu, rasa takut Bu Erni sirna dalam hitungan detik dan digantikan dengan
rasa bahagia yang tak terbendung. Syaqila Putri Dila yang dirindukannya telah
mengkhatamkan Al-Qur'an dalam waktu tiga tahun bertepatan dengan kelulusan
sekolahnya. Dua hari yang lalu Bu Erni datang di acara kelulusan Syaqila,
putrinya itu mendapatkan penghargaan menjadi siswi dengan lulusan terbaik
diantara teman - temannya seangkatan. Dan hari ini bu Erni mendapat undangan
dari pondok untuk acara khataman Bil-Ghoib. Beliau pun segera bersiap-siap
bergegas menuju pondok putrinya. Sesampainya di sana bu Erni melihat putrinya
sudah duduk di tempat yang sudah disediakan untuk santri yang ikut simakan
Bil-Ghoib.
“Ibu!" Syaqila berlari, berhambur kepelukan ibunya.
Bu Erni dengan senang hati menerima pelukan Syaqila.
"Selamat nak,"
Syaqila mengangguk dan tersenyum.
“Ayo kita
kesana," Syaqila mengajak ibunya ke tempat yang sudah disediakan panitia.
Acara pun
dimulai, selama menyimak bacaan ayat suci Al Qur'an yang dilantunkan oleh
putrinya, bu Erni tidak bisa menahan air matanya, beliau terharu dengan
pencapaian putri sulungnya.
“Ibu, Syaqila
berhasil," ucap Syaqila.
"Iya anak
ibu berhasil," kata ibu Syaqila dengan senyum yang meneduhkan.
"Syaqila
punya sesuatu buat ibu," Syaqila memberikan sebuah mahkota, kemudian, dia
memasangkan mahkota itu di kepala ibunya.
"Makasih
sayang, ibu sangat bangga padamu nak," Ibu Syaqila meneteskan air matanya,
beliau mengelus surai anaknya yang tertutup oleh jilbab.
Tanpa Syaqila
dan ibunya sadari, ada seorang pemuda yang melihat adegan mengharukan itu. Dia
tersenyum dari kejahuan. Setelah tiga tahun ia lewati dengan niat yang
sungguh-sungguh, akhirnya Syaqila berhasil mencapai semua ini. Dan siang ini
Syaqila akan boyongan dari pondoknya setelah sowan ke ndalem kyainya.
Tidak disangka Syaqila mendapat kabar yang mengejutkan baginya, bahkan, ibunya
juga.
Flashback on.
"Nak, kamu
tahu anak saya?," tanya Pak Kyai.
"Tahu
Kyai, Gus Azzam," jawab Syaqila sambil menunduk. Kyai tersenyum, kemudian,
beliau menoleh kepada Ibu Syaqila.
"Bu, jika
putri Ibu saya jodohkan dengan anak saya, apakah ibu bersedia?," Bu Erni
yang mendengar perkataan pengasuh pondok anaknya itu pun terkejut.
"Kenapa
harus putri saya, Yai?," tanya Ibu.
"Setelah
saya lihat kepribadian putri Ibu, saya merasa putri Ibu bisa menjadi pasangan
yang baik buat anak saya. Dan...selain itu anak saya sudah menyimpan rasa untuk
Syaqila," ucap Kyai pengasuh pondok Syaqila itu.
"Anak
saya, Azzam sudah menyukaimu sejak satu tahun yang lalu," ujar Pak Kyai
dan membuat dahi Syaqila berkerut, secara bersamaan Gus Azzam anaknya Kyai riba
- tiba datang di tengah perbincangan.
“Maaf kalau
saya lancang sudah menyimpan rasa kepada kamu, saya menunggu waktu yang tepat
karena saya tidak mau mengganggu pikiran kamu. Saya mau kamu
mengkhatamkan Al Qur'an terlebih dahulu," tutur Gus Azzam yang membuat
orang di sekelilingnya terkesima.
"Jadi,
jika saya ambil anak Ibu sebagai calon istri saya apakah Ibu
memperbolehkannya?," gus Azzam melanjutkan obrolan "Emm, saya
terserah bagaimana jawaban putri saya," Bu Ermi menatap anaknya.
"Syaqila
bagaimana Nak?," tanya Bu Erni. "Saya..." Syaqila menjeda
omongannya.
Dia tidak tahu
harus memberi jawaban seperti apa Syaqila akui Gus Azzam memanglah idaman para
wanita, gagah, tampan, paham agama dan perawakannya yang berwibawa tentu
membuat orang yang melihatnya akan terpesona. Syaqila akan merasa tidak pantas
jika disandingkan dengan Gus Azzam.
Bolehkah saya
meminta waktu 2 hari saja untuk menjawabnya?,"Gus Azzam tersenyum tipis
kemudian, dia mengangguk.
"Saya
tidak memaksa kamu untuk menjawab hari ini, dua hari lagi saya akan datang ke
rumah kamu," jawab Gus Azzam tegas. "Baiklah," Syaqila bernapas
lega, kemudian, ia dan Ibunya berpamitan pulang.
Selama di rumah
Syaqila selalu terbayang bayang kejadian kemarin. dia bahkan, tidak bisa tidur
memikirkan jawaban yang harus ia berikan besok. Bu Erni yang melihat putrinya
terlihat tidak semangat pun langsung menghampirinya.
"Syaqila,"panggil
Bu Erni.
Syaqila bangun
dari lamunannya "Iya bu, ada apa?," tanya Syaqila. Bu Erni mengelus
pundak Syaqila berniat menenangkannya
“Jangan memaksa
dirimu, Nak, jika kamu mau, terima, Jika kamu ingin menolaknya, maka
lakukanlah," ucap Bu Erni
"Syaqila
tidak pantas untuk Gus Azzam, pasti banyak yang merendahkannya," jawabnya.
"Jangan
dengarkan apa kata orang, semua itu tergantung bagaimana kamu menyikapinya,
mungkin Gus Azzam sudah Allah berikan kepadamu," tutur Bu Eni.
"InsyaAllah
Syaqila akan memberikan jawaban yang tepat," hati Syaqila sedikit lega
setelah mendengar perkataan ibunya.
Penantian Jawaban
Hari ini
keluarga Azzam akan datang kerumah Syaqila untuk pertama kalinya. Hati Syaqila
tidak bisa tenang, dari tadi dia berjalan mondar mandir di depan kaca.
Ceklek
"Sayang,
ayo keluar mereka sudah datang," jantung Syaqila berdetak lebih kencang
setelah mendengar perkataan ibunya.
"Bu,
bagaimana ini? penampilanku bagaimana bu?," Syaqila mengecek penampilannya
dari ujung kaki sampai atas kepalanya takut ada yang salah.
Bu Erni terkekeh melihatnya.
"Anak Ibu
selalu cantik, sudah ayo keluar" Syaqila berjalan di belakang ibunya.
Keluarga Azzam
dibuat kagum dengan penampilan Syaqila. walaupun dirinya tanpa polesan make up
Syaqila sudah terlihat cantik, ditambah dengan memakai gamis berwarna biru
pastel yang membuatnya semakin terlihat menawan. Bahkan, Azzam sempat tidak
berkedip sebelum ia menyadari kesalahannya dan mengalihkan pandangannya dari
wanita yang tidak mahrom baginya.
"Maaf
menunggu lama," ucap Bu Erni. "Tidak apa - apa bu," balas Ibu
Azzam, beliau tersenyum medihat Syaqila.
"MasyaAllah
cantik sekali kamu, tambah cantik nanti kalau jadi menantu Umi," puji ibu
Azzam yang membuat lainnya tertawa. "Kita langsung keintinya ya, jadi
kedatangan kami adalah untuk mendengar jawaban apa yang akan
diberikan oleh Syaqila" ucap Kyai Syaqila.
Syaqila menatap
ibunya isyarat bertanya, Bu Erni mengangguk seolah memberi tahu semua akan baik
baik saja.
"Saya..."
Syaqila menjeda ucapannya, dia menetralkan detak jantungnya sedangkan Azzam
berdo'a di dalam hati, dia akan menerima apa pun jawaban dari Syaqila dengan
ikhlas.
"Saya
bersedia menjadi calon istri Gus Azzam," lanjut Syaqila Semua orang yang
disitu tersenyum dan menghela napas legs, bahkan, Azzam mengucapkan
Alhamdulillah beberapa kali
"Terima
kasih telah menerima saya Syaqila," ucap Azzam yang dibalas dengan
senyuman oleh Syaqila kemudian, mereka menentukan waktu pertunangan dan
pernikahan yang tepat.
Saat ini
Syaqila berada di depan batu nisan laki-laki pertama yang ia cintai. Syaqila
meneteskan air matanya dia sangat rindu dengan orang yang berada di dalam tanah
tersebut.
"Ayah,
maaf Syaqila baru mengunjungi ayah, Syakila mengusap nisan ayahnya.
"Syaqila
berhasil menjadi apa yang ayah harapkan Alhamdulillah Syaqila sudah
menghatamkan hafalan Al- Qur'o yah, kermarin Syaqila juga habis wisuda sekolah
dan Ayah tau? Syagila jadi lulusan terbaik terbaik, Yah," Syaqila
berbicara sendi seolah dia sedang bercerita dengan ayahnya.
Kemudian, dia
teringat dengan kejadian kemarin ketika didatangi keluarga Kyainya. Syaqila pun
bercerita semuanya di depan makam Ayahnya. Dia tidak menyangka, takdir Allah
memang tidak ada yang mengetahui.
Posting Komentar