Oleh : M. Haikal FT
Di balik dinding kamar sunyi,
Raga meratap, nurani berkabut,
Realita dan ilusi berpadu dalam
kelam.
Bisikan lirih mengusik batin,
Dugaan liar, lara tak tersembuhkan.
Memori pedih terukir dalam sukma,
Tragedi silam, bayang-bayang
membara.
Malapetaka merenggut keluarga
tercinta,
Meninggalkan luka tak kunjung pulih.
Waktu terdistorsi, ingatan memudar,
Hanya pecahan memori yang tersisa.
Wajah ceria sirna,
Digantikan bayang-bayang mengancam.
Jenuh dengan hidup, letih dalam
sunyi,
Semesta terasa hampa, tanpa arti.
Ketakutan menghantui, diri
terisolasi,
Dalam kurungan kegelisahan tak
terperi.
Kehilangan makna kasih dan simpati,
Hati membeku, tak mampu lagi
berbagi.
Dunia terasa asing, penuh ancaman,
Terperangkap dalam lingkaran
kesendirian.
Namun, nyawa ini masih ingin mekar,
Mencari setitik cahaya di tengah
gelap gulita.
Puisi tercipta, luapan rasa
terpendam,
Menjadi obor dalam kegelapan yang
mencekam.
Kata demi kata mengalir bagai air
mata,
Mencurahkan segala duka yang
menyesakkan dada.
Puisi menjadi teman setia kala
sunyi,
Memberikan kekuatan untuk tetap
berdiri.
Luka telah menggores, namun harapan
masih ada,
Dalam bait-bait puisi, jiwa
menemukan pelita.
Bangkit dari keterpurukan, menjemput
mentari,
Merangkai kembali mimpi yang sempat
terhenti.
Tak lagi sendiri, puisi jadi
jembatan hati,
Berbagi rasa, merangkai cerita baru
yang berarti.
Dengan setiap kata, luka perlahan
terobati,
Menemukan kedamaian dalam setiap
bait puisi.
Dalam sunyi malam, hati meratap
sendu,
Nyanyian jiwa terluka, teriris
sembilu.
Duri pengkhianatan, menusuk kalbu,
Bagaikan belati tajam, merenggut
rindu.
Janji manis terucap, kini tinggal
debu,
Layu kuntum cinta, terhempas badai
pilu.
Bintang harapan pudar, berganti
kelabu,
Luka menganga lebar, tak terobati
waktu.
Air mata mengalir, bagai sungai
duka,
Mencari pelabuhan, hati yang
terluka.
Namun jalan terjal, berliku tak
berujung,
Hanya bayang semu, pengobat rindu
dendam.
Oh, jiwa yang terluka, janganlah kau
layu,
Bangkitlah dari debu, gapai mentari
baru.
Luka jadikan cambuk, semangat
membara,
Nyanyianmu bergema, di panggung
jiwa.
Di langit luas, bintang gemintang,
Cita-cita berkilau, impian
terbentang.
Bagaikan anak panah, melesat lepas,
Mengejar asa, takkan pernah lelah.
Jalan terjal berliku, penuh onak
duri,
Namun tekad membara, bagai api
menyala.
Terjatuh, bangkit lagi, tak pernah
menyerah,
Mimpi adalah pelita, menerangi
gulita.
Layaknya sang elang, terbang tinggi
menjulang,
Menatap cakrawala, dengan pandangan
nan tajam.
Menembus awan kelabu, menggapai
mentari,
Cita-cita terwujud, di pelukan sang
bumi.
Setiap tetes keringat, jadi saksi
bisu,
Perjuangan gigih, menggapai mimpi
itu.
Tak peduli rintangan, badai
menghadang,
Keyakinan teguh, jadi benteng
perisai.
Wahai jiwa muda, janganlah kau ragu,
Kejarlah mimpimu, hingga jadi nyata
selalu.
Biarlah dunia berkata, kau hanya
bermimpi,
Buktikan pada mereka, kau mampu
mewujudkannya.
Kini saatnya melangkah, dengan
kepala tegak,
Menuju masa depan, yang gemilang dan
cerah.
Mimpi dan cita-cita, kan jadi
kenyataan,
Asalkan kau percaya, dan teruslah
berjuang.
Tegal, 28 Juni 2024