Telaah Praktek Pendidikan yang Memerdekakan


Koneksi Antar Materi -Topik 5

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik V dengan Topik I, Topik II, Topik III dan Topik IV. Sejauh mana topik tentang Telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan Peserta didik.

A.   Keterkaitan Topik I dan V


Pada Topik I kita telah mempelajari mengenai "Perjalanan Pendidikan Indonesia" yang ditandai dengan rentang waktu sebelum dan sesudah masa kemerdekaan. Pada masa Hindia Belanda keberadaan satuan pendidikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bagi penjajah. Kalangan yang merasakan pendidikan pada masa itu adalah para bangsawan yang memiliki peran penting bagi pemerintah colonial, sehingga kesenjangan terjadi bagi masyarakat pribumi non-bangsawan.

Dimulai dari abad 19 dengan pelaksanaan Politik Etis yang notebene dilatarbelakangi oleh kritis sosial yang muncul untuk memberikan kesejahteraan bagi tanah jajahan yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi kejayaan Negara Netherland. Pendidikan menjadi isu sentral yang menginisiasi pendirian berbagai komunitas, sekolah, atau lembaga pendidikan diperuntukan untuk segala kalangan.

Sekolah Rakyat adalah salah satu tindakan Politik Etis oleh pemerintah Hindia Belanda, yang diperuntukan untuk masyarakat pribumi usia 7 sampai 12 tahun. Namun pada praktiknya Sekolah Rakyat ini masih belum benar-benar menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat pribumi, adanya diskriminasi rasial dan biaya yang mahal membuat pelaksanaan pendidikan masa ini lebih berfokus pada kepentingan kolonial daripada memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak pribumi.


Sekitar abad 20 bermunculan sekolah-sekolah atas inisiasi tokoh bangsa yang memiliki kesadaran terhadap kondisi pendidikan masa itu. Diantaranya adalah pendirian Taman Siswa oleh Ki Hadjar Dewantara dan sang istri dibantu oleh kawan perjuangan lainnya. Cikal-bakal pendidikan yang bernafaskan persatuan bangsa nampak dalam proses perjalanan Taman Siswa. Semangat nasionalisme ini yang nantinya akan melahirkan sistem pendidikan pasca- kemerdekaan.

Keterkaitan dari Perjalanan Pendidikan Indoesia dengan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan bangsa nampak adanya ciri khas mewujudkan pendidikan sebagai usaha untuk meraih kebahagiaan dan mencapai potensi yang dinginkan tiap manusia yang terdidik. Fondasi pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar mengajarkan rasa nasionalis dan persatuan bangsa yang merepresentasikan makna Pancasila seutuhnya.

B. Keterkaitan Topik II dan IV

 

Topik II kita telah belajar mengenai "Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara" yang menerangkan adanya pendidikan bertujuan untuk jalan menuju keselamatan dan rasa bahagia dalam hidup siswa sebagai manusia merdeka.

Pada masa kini, pendidikan adalah hal yang hak bagi setiap warga negara yang dijamin dan diberikan oleh negara untuk generasi penerus bangsa. Keberpihakan dalam pembelajaran menjadi fokus pendidikan masa kini yang secara cerdas telah dipikirkan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan Sistem Among. Guru memberikan kebebasan kepada siswa agar dapat menemui dan mendalami apa yang ingin mereka temukan dan dalami (re: passion/cita- cita/keinginan) secara merdeka. Jalan kemerdekaan ini akan mengantarkan siswa dalam kebahagiaan dan keselamatan sebab dapat memenuhi rasa haus keinginantahuannya. Bayangkan jika semua orang mendalami yang memang ia berpotensi besar dalam bidangnya tersebut dengan perasaan senang tanpa adanya stereotip pada hal-hal tertentu. Betapa dunia akan berjalan dengan baik jika setiap manusia mencapai rasa bahagia sebab menjalani pada apa yang disenanginya. Perasaan senang akan melahirkan kreatifitas dan tahan banting dari keuletan ini maka manusia dapat mencapai potensi tertingginya. Maka Sistem among akan mengantarkan pada para siswa terdidik tanpa paksaan dengan dibantu oleh guru yang membimbing dengan asah, asih dan asuh.


 

Keterkaitan dengan pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dan Memerdekakan jelas nampak sebab guru mengakomodir hal-hal yang ada pada diri siswa untuk dikembangkan sesuai kodrat alam dan kodrat zaman abad 21 ini. Sehingga peserta didik akan lebih berkembang jika didukung setiap keinginan dan minat dalam diri peserta didik.

C. Topik III dan Topik V

 

Topik III membahas mengenai Identitas Manusia Indonesia yang tidak dapat dinafikan sebagai entitas keberagaman yakni menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Indonesia hadir dalam berbagai wajah, warna kulit, ras, etnik, suku, agama dan bahasa yang terangkum dalam nilai-nilai kebhinekatunggalikaan. Tanpa adanya nilai persatuan, praktik menghayati nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan tidak akan benar-benar dihayati dan diresapi. Maka proses perwujudan Pancasila dialirkan melalui program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang berlandaskan Manusia Pancasila Indonesia yang menjawab tantangan zaman abad 21.

Nampak jelas bagian keterkaitan Topik III dan Topik V yang membahas mengenai Identitas Manusia Indonesia yang ditemukan dalam Pendidikan yang Berpihak dan Memerdekaan pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21, dalam hal mengenali identitas pada peserta didik akan membuat guru memahami bagaimana memberikan pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik utamanya dalam program P5.

A. Topik IV dan Topik V

 

Topic IV membahas mengenai Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia yang menjadi dasar pendidikan untuk mengakomodir setiap pengalaman peserta didik yang berbeda. Keberadaan keberagaman lintas-budaya dalam kehidupan bangsa Indonesia memberikan warna yang khas untuk dikuatkan dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan. Dengan mengenal keberagaman tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan yang ada akan lebih memihak siswa. Kemerdekaan belajar yang diberikan kepada siswa diharapkan akan melahirkan peningkatan belajar.




Nama               : Solikhatun Khasanah

NIM                   2401680241

Prodi/Kelas     : PGSD/C

Mata kuliah     : Filosofi Pendidikan Indonesia


Posting Komentar