Dasar-dasar Politik dan Kepemimpinan Masa KH. Mas Mansur dalam Muhammadiyah

 



Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912, oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. KH. Mas Mansur lahir pada tanggal 25 Juni 1896 M di Surabaya. KH. Mas Mansur, sebagai salah satu tokoh penting Muhammadiyah yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar politik Muhammadiyah di kancah nasional yang kemudian menjadi tradisi yang berlaku di masa-masa selanjutnya. KH. Mas Mansur terpilih sebagai Pimpinan Besar Muhammadiyah pada kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada bulan Oktober 1937. Pada masa kepemimpinan KH. Mas Mansur, Indonesia masih dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda dengan sistem pemerintahan yang menekankan pada kekuasaan yang otoriter, di mana pemerintah kolonial Belanda melakukan berbagai penindasan terhadap rakyat Indonesia.

Hal ini terlihat dalam keterlibatan K.H Mas Mansur dalam melahirkan organisasi yang bersifat federasi antar berbagai Organisasi Islam, yang dikenal dengan nama Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), yang lahir pada tahun 1937, dan masih juga mengemban amanat umat dalam wujud kesediaan beliau ikut serta memegang kendali pimpinan Partai Islam Indonesia (PII). KH. Mas Mansur mencetuskan 12 langkah yang kemudian terkenal dengan 12 langkah Muhammadiyah, serta Masalah Lima, di dalam bidang keagamaan.

Masa kepemimpinan KH Mas Mansyur merupakan tokoh yang kreatif dan terkenal sikapnya yang istiqomah dan pemberani, sehingga ikut dalam pengisian jiwa gerakan Muhammadiyah, dan penegasan kembali faham agama yang menjadi garis besar Muhammadiyah. Pada periode ini memaksimalkan Majelis Tarjih, sehingga menghasilkan “Masalah Lima” (Dunia, Agama, Qiyas, Sabilillah, dan ibadah). 

 

Kemajuan Muhammadiyah Di Era KH. Mas Mansur yaitu:

Dalam Bidang Sosial, beliau berhasil menginsiasi, Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) dan Balai Kesehatan dan Tuntutan Pemakmuran Masjid.

Dalam bidang ekonomi, pokok pandangan Muhammadiyah pada masa KH. Mas Mansur ialah:

·         Untuk memperbaiki ekonomi rakyat

·         Kapital tersebut diharapkan dapat membentuk kapital vorming

·         Untuk mendirikan bank Muhammadiyah yang mempunyai prinsip anti riba

Sedangkan dalam bidang Pendidikan Muhammadiyah sudah banyak didirikan baik sekolah maupun madrasah mulai dari SD, SMP, SMA.

 

Pelajaran yang Dapat Diambil dari Kepemimpinan Islam KH. Mas Mansur

Pertama, pribadi yang disiplin. Sebagai seorang Ketua Pengurus Besar, KH. Mas Mansur termasuk pemimpin yang ketat disiplinnya, terutama dalam menetapi waktu bersidang, sesuai dengan waktu yang tersebut dalam undangan.

Kedua, dapat membedakan urusan pribadi dan organisasi. Maka sudah seharusnya setiap Pimpinan Persyarikatan dari pusat sampai ke ranting mampu memiliki dan menggunakan kantornya masing-masing. Urusan Muhammadiyah bukanlah urusan pribadi tetapi urusan bersama dan formal. KH Ma Mansur selalu mentingkan urusan Bersama baru urusan pribadinya.

Ketiga, tabah menghadapi cobaan. Ketika Kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan baru saja berlangsung, datang telegram kepadanya yang isinya mengabarkan bahwa istri mudanya yang tinggal di Surabaya meninggal dunia. Beliau tetap tenang, menarik nafas, dan terdiam. KH. Mas Mansur tetap menghadiri semua sidang dan rapat dalam kongres, pidatonya tetap tertib dan bermutu dan buah fikirannya tetap cemerlang. KH.Mas Mansur adalah sosok pemimpin yang bertanggung jawab walau dalam kondisi apapun beliau harus menyelesaikan tanggung jawabnya.

Keempat, sifat mulia. Sifat mulai yang dimiliki K,H Mas Mansur yaitu: kesabaran, kemajuan, ketaqwaan dan tawakal.

Kelima, adil dan amanah. Sifat Adil yang dimilik K.H Mas Mansur dapat menjalankan tugasnya dengan adil, mengambil keputusan yang tepat untuk kemaslahatan umat Islam. Amanah atau dapat dipercaya oleh masyarakat bahwa kepemimpinan beliau sangat berdampak baik terhadap masyarakat sekitar mendorong kemajuan bersama.

Keenam, hidupnya tidak selfis. Beliau tidak Memprioritaskan kesenangan dan kemanjaan diri dan orang-orang terdekatnya. Sejak muda Mansur telah terbiasa terpanggil untuk mendedikasikan diri dan siap berkorban demi kepentingan banyak orang dan bangsa.

Ketujuh, pengetahuannya yang sangat mendalam tentang Islam. Beliau sangat mementingkan pengetahuan. setelah belajar dari sejumlah ulama sejak dari Surabaya, Madura, Tanah Suci bermadzhab Syafi’i, dan persentuhan intelektualnya selama di Mesir serta dengan para tokoh/pemimpin bangsa lintas corak pemahaman keislaman dan ideologi politik.

Kedelapan, kepedulian yang tinggi. Harus dibangun kepedulian yang kuat untuk menolong orang-orang yang sengsara, tertindas, dhaif melalui gerakan dan amal kongkrit serta membangun sebuah sistem yang baik. Kedaulatan sosial, ekonomi dan politik harus diperjuangkan; kemerdekaan harus diperjuangkan.

 

 

 

Penulis : Risa Riyanti,S.Kep.,Ns.

Advisor : Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D

 

 


Posting Komentar