My Heart Remembers You

   


Pukul satu selepas perkuliahan, panas matahari menyengat menusuk ke pori-pori tubuh. Kususuri trotoar yang terselimuti debu kendaraan, kumpulan debu tersebut beterbangan ke sana-sini. Hari yang sangat melelahkan bagiku yang tengah bingung dengan pikiran sendiri. Pikiran tanpa adanya jalan keluar, merasa akhir dari sebuah rasa, mamatikan hati untuk percaya dengan cinta. Di sisi lain tubuhku juga menginginkan rasanya dicintai dan diberikan perhatian oleh seorang pujaan hati. Akan tetapi ahhh sudahlah itu hanya sebuah nafsu belaka bukan? Pasti berujung sakit hati yang kesekian kalinya. Tak terasa dengan lamunan, kakiku telah menginjak lantai kamar kosku. Kubuka pintu kos yang mengeluarkan bunyi ngik, mungkin karena termakan usia atau sudah berkarat engselnya, tapi aku tidak pedulikan itu. Aku lempar semua barang yang memberatkanku sejak pagi, aku hempaskan tubuhku di atas kasur yang biasa menemaniku dalam lamunan. Aku yang selalu memikirkan semua kerumitan ini seakan menjadi masalah terberat bagiku, bodoh bukan?

Merasa bosan dengan suasana kos dan cacing diperut seakan demo membuat perutku sakit lantaran belum makan siang, aku memutuskan untuk pergi ke warung makan terdekat.

"Hai! "

Seorang memanggilku dari arah belakang, sontak aku terkejut melihat keberadaannya. Sedikit ragu aku untuk menjawab sapaannya.

"Hai..."

"Lo Angel kelas 11 IPA 2 kan? "

"Iya, Kak. Kok Kakak tahu? "

"Ya tau lah, siapa sih yang nggak kenal Angelia Gercia sosok cewek yang dikejar-kejar  banyak cowok yang mengharapkan cinta dari lo! Bodoh mereka!"

Spontan aku terkejut akan perkataan dari mulut seseorang entah siapa namanya. Iya, aku Angelia Gercia salah satu cewek yang diidam-idamkan para cowok di sekolahku ini. Tetapi semua ungkapan perasaan dari mereka aku tolak.

"Hah! Aku juga nggak mengharapkan itu, asal Kakak tahu! "

Aku mengumpat dalam hati, dan merapalkan semua cacian buat seorang yang sok di depanku, tanpa mempedulikan dia, aku melenggang meninggalkan sosok yang tak tau diri itu. Tetapi tanganku tertarik oleh sosok tak tahu diri itu.

"Ehhhh maen pergi aja, habis sekolah gua tunggu di parkiran, pulang sama gua tanpa ada penolakan."

Aku hanya termenung, seakan waktu berhenti sekejap. Ketika sadar inginku menolak akan tetapi sosok tak tahu diri itu sudah hilang dari pelupuk mata. Hahhh

* * * * * * *

Cerita itu tak bisa kuhilangkan, memori pertama kali bertemu dengan dia selalu terlintas dalam lamunanku, seakan memori lama tidak mau melupakan kenangan itu. Dia sangat menyebalkan, entah mengapa aku bisa ada rasa dengan salah satu mahluk menyebalkan di muka bumi ini. Sebenarnya dia baik, hanya saja sikap sok dinginnya dan bossy menutupi kebaikannya, dia juga mempunyai pribadi yang berubah-ubah selayaknya wanita pms moody, aneh memang tetapi ini nyata. Ahhh sudahlah, itu hanya kenangan indah sekaligus perih di masa lalu, tak perlu aku terus bayangkan, toh tidak ada gunanya juga kan. Aku angkat tubuhku yang telah lama termenung dalam lamunan ketidakgunaan, menyusuri lorong kamar-kamar kos yang berjejeran untuk menuju kamar mandi tempat inspirasi sejuta umat, ha ha. Aku basuh muka yang teramat kusut, terasa kesedihan yang masih berlarut-larut. Dingin, air disini memang dingin, rasa sejuk menyegarkan otakku sejenak.

Terpaksa sepulang sekolah aku berjalan melenggak menuju parkiran sekolah, di sana sudah mahkluk tak tahu diri itu telah menengger di motonya bak seekor burung. Huhhh kesal rasanya tapi aku tak tahu harus berbuat apa.

"Woyyy ayok! Malah bengong"

Teriak orang itu tanpa dosa dari kejauhan, dengan spontan aku berlari kecil menuju orang tak tahu diri itu.

"Ini helmnya, pake! "

Bisa halus dikit ga sih ini orang, gerutukku dalam hati.

"Iya hm"

"Buruan naik"

"Hm"

"Kos lo dimana? "

"Jalan pasturi 1, kebon raya nomer 7."

Tak ada lagi obrolan selepas itu, hanya tatapan kosong melihat pemandangan alam sembari menikmati udara segar kota ini, matahari yang tersipu malu tertutupi oleh awan putih bagaikan sutra halus. Cuaca hari ini sangat bersahabat untuk beraktivitas di luar ruangan, tak terlalu panas untuk kita membeli seplastik es teh untuk melepas rasa kering ditenggorokan.

Ciiiiitttt!

"Udah sampe"

Terkejut aku karena ulah bodohnya yang memberhentikan motor seenak jidatnya, tanpa sadar aku telah berada di depan rumah kos terwemah dan nyaman menurutku sendiri. Aku lepas helm yang ternyata tidak bau penguk oleh keringat rambut, sembari itu kuangkat kakiku untuk turun dari motor. Aku berbalik dan memang aku sengaja tidak mengucapkan terimakasih, toh dia yang memaksaku untuk ikut pulang bersama secara paksa, ingat itu dengan paksaan.

" Eh manusia yang tidak punya sopan santun, bilang makasih napa! "

Hihhh seribu rapalan dalam hati sudah kusiapkan untuk mengerutuki anak yang tak tahu diri ini.

"Iya, makasih"

"Nahh, besok hari minggu ikut gua ke danau di atas, gamau tahu pokok bisa dan lu kosongkan semua jadwal! "

Bagai ultimatum yang tidak bisa aku bantah, entah mengapa mulut seakan tidak bisa menolak, serasa di hipnotis oleh orang yang tak tahu diri ini. Tanpa menunggu persetujuan dariku orang itu sudah meninggalkan rumahku sembari berteriak dalam kepulangannya.

"Jam 7 gua jemput!"

Kulangkahkan kakiku menuju dalam kos dengan pikiran yang tidak karuan, masih dalam kebingungan dan keanehan dengan diriku. Aku bertanya kepada diriku, ada apa denganku? Kenapa aku mengiyakan perintahnya? Apa aku dihipnotis? Ahhh semakin bingung saja aku untuk memikirkannya, aku tidak mau gila di usia muda cuma gara-gara sosok tidak tahu diri itu.

Akhir pekan yang aku nanti-nantikan telah tiba, selepas pusing dengan tugas sekolah yang begitu banyak dan ditambah sosok yang tidak tahu diri itu muncul entah dari mana mengusik kehidupanku yang sudah tenang bagai di surga. Ohhh shit, aku lupa besok aku sudah punya janji yang dibuat dengan cara sepihak oleh sosok tidak tahu diri itu, ah akhir pekan yang sangat tidak sesuai ekspresiku. Tapi sudahlah itung-itung sekalian pergi di akhir pekan tanpa mengeluarkan biaya, ha ha. Suara notifikasi handphone berbunyi, menandakan ada chat masuk, tetapi siapa yang chat di hari libur pagi seperti ini. Nomor tanpa nama tertera di kolom chat teratas, ahhh ternyata sosok tidak tahu diri itu beserta segala ultimatum yang dia berikan seenak jidat.

Jangan lupa besok, jangan ngebo!

Sudah cukup semua atas tindakan yang dibilang tak senonoh, bagaimana tidak? Dia merampas semua hak berbicaraku dan hak menolak ajakan orang lain.

hm

ga peduli, pokoknya harus ikhlas

iya ikhlas bnget

nahh sip

Sekarang kalian tahu kan, betapa kejamnya dia yang memaksakan semua atas kehendaknya. Tapi anehnya kenapa diriku bisa menurut dengan begitu saja, ada apa dengan diriku ini? Jurus apa yang dia berikan kepadaku, sehingga aku bisa takluk seperti ini

Keesokannya tergesa-gesa karena bangunku yang kesiangan, aku rampas handuk di gantungan baju belakang pintu dan meluncur menujuk kamar mandi dengan Terburu-buru, syukurnya aku tidak terpeleset oleh lantai kamar mandi yang licin ini. Aku kerahkan jurus kilatku untuk segera menyelesaikan ritual mandi yang tidak lebih dari 15 menit, waktu yang terbilang cepat untuk ukuran mandi perempuan, karena perempuan bisa menghabiskan waktu yang sangat lama untuk sekedar mandi. Hanya memerlukan waktu 30 menit aku sudah siap dengan segala hal, suatu rekor yang bombastis untuk aku yang selalu bingung ketika bepergian. Handphone-ku berbunyi, pasti sosok itu telah tiba, benar dugaan yang ada di hatiku.

gua udah di depan.

Buru-buru aku melangkah menuju pintu depan, mendapati sosok itu telah bertengger di atas motornya, seperti yang telah aku katakan bagai burung bertengger di atas ranting pepohonan. Melihat sosok itu seakan malas untuk menemuinya, inginku kembali ke sangkar tempat tidurku dan tenggelam di dalam selimut hangat.

"Wah, rapi sekali, emang mau kemana sih, Neng? Wkwk"

Sangat-sangat menyebalkan bukan.

"Ke laut, mau nenggelamin Iblis!"

Jawabku sarkas

"Hehe canda kali, Neng, udah ayo naik"

"Hm"

Aku naik dengan hati yang tidak karuan, tidak bisa kadeskripsikan, cukup aku yang tahu akan hal ini. Sikap dia yang berbeda sebelumnya membuat diriku tidak percaya, senyuman manis ketika menyapaku dan pembawaan yang lebih hangat dibanding sebelumnya. Aku tidak tahu kenapa bisa demikian, mungkin sekarang ini dia dalam keadaan perasaan yang baik tidak seperti kemarin.

Perjalanan yang cukup ditempuh dengan waktu 30 menit dan ditemani pemandangan alam yang sejuk, dikarenakan di sini dataran tinggi wajar jika udaranya segar dibanding perkotaan, sepanjang jalan disuguhkan oleh pepohonan yang rindang dengan sautan suara burung berkicau. Danau Priya yang terletak di atas perbukitan ini memiliki cerita yang dipercaya sejak dahulu oleh warga setempat, bagi mereka yang tidak berani mengungkapkan perasaan mereka, ketika berada di danau itu akan ada suatu keberanian untuk mengatakan perasaannya. Karena itulah danau tersebut dinamakan danau Priya yang berarti cinta atau dicintai.

"Ayok turun, Angelia Gercia"

Suara itu menyadarkanku dari lamunan panjang dalam perjalanan menuju danau, entah mengapa aku sangat suka sekali menglamun.

"Ehh iya, Kak."

"Nglamunin apa sih? Dari tadi nglamun terus, diajak ngobrol di motor juga nggak jawab hmm…"

"Hah, Kakak ngomong sama aku dari tadi? "

Terkejut aku, ternyata sejak perjalanan sosok tidak tahu diri ini membuka topik untuk ngobrol denganku.

"Iyaa, kamu diam aja, malah bengong"

"He he"

Cengirku tanpa dosa. Tanganku tiba-tiba digandeng olehnya, terkejut dan gugup dengan keadaan ini, kelembutan ketika dia memegang tanganku membuatku nyaman, sehingga aku menurut saja untuk dibawa kemana olehnya. Danau yang masih diselimuti embun pagi menambah suasana yang lebih sejuk dipandang, dikelilingi pepohonan yang rindang menjadikan pesona di danau ini sempurna. Dia membawaku di dermaga yang terbuat oleh kayu di pinggir danau, menuntunku untuk duduk sembari menikmati suasana di danau ini. Dia menatapku seakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan, tetapi aku tidak tahu apa yang dia ingin bicarakan.

"Kamu tahu nama danau ini? "

Dia memulai mengajakku berbicara, dengan pembawaan yang lebih tenang dan halus, beda sekali seperti hari-hari kemaren, berbeda 360° dibanding sikap dia di sekolah.

"Danau Priya"

"Iya, kenapa danau ini dinamakan danau Priya? "

"Karena orang yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dicintai, ketika berada di danau ini akan ada keberanian untuk mengungkapkan, tapi entahlah itu sebuah mitos"

"Iya, semoga itu tidak mitos dan aku bisa melakukannya"

"Maksudnya?"

Hening, tidak ada jawaban dari dia. Sudahlah aku juga tidak ingin tahu masalah pribadinya, itu hak dia ketika tidak ingin mengatakan apa yang dia rasakan, tidak ada hak untuk aku yang bukan siapa-siapa untuk dirinya. Aku sibuk menikmati suasana di sini, tenggelam dalam suasana sembari memejamkan mata, susana tenang seakan hilang semua beban pikiran. Dalam kesibukanku tenggelam dalam suasana danau ini, ada suara lirih yang mengusik ketenanganku ketika menikmati suasana danau Priya. Ya, suara itu keluar dari mulut sosok tidak tahu diri itu.

"Aku, suka sama kamu, Angelia Gercia"

Suara lirih tetapi masih bisa aku dengar dengan jelas itu membuat aku terkejut dan kaget, kenapa bisa seseorang yang tiba-tiba muncul beberapa hari bisa menuai rasa begitu saja, apakah ini yang dimaksud cinta pada pandangan pertama? memang perasaan tidak bisa diukur dengan patokan waktu, tidak salah ketika ada seseorang jatuh cinta saat pandangan pertama, tetapi hal tersebut tidak bisa meyakinkan seseorang bahwasanya cinta dia bukan hanya sekedar omong kosong.

"Aku telah jatuh cinta, sejak aku tahu kamu di hari pertama orientasi sekolah. Rasa ini sudah aku simpan sejak lama, Angel, hampir 2 tahun aku menyembunyikan perasaan ini dan aku muncul secara tiba-tiba dalam kehidupanmu. Memang aneh, tetapi ini tulus dan aku tidak mengharapkan balasan dari kamu yang terpenting aku sudah berani mengatakan itu sudah cukup."

Aku termenung tidak bisa berkata apa-apa, pikiran yang tidak karuan, bingung, kaget dan semua hal yang membuatku berpikir keras untuk merangkai sebuah kata-kata. Tetapi tetap saja nihil, aku hanya diam seperti patung. Sampai dia memanggil namaku, lamunanku pecah.

"Angel"

"Pulang!"

"Hah? "

"Pulang, pulang sekarang! "

"Iya-iya kita pulang sekarang"

Bentakku dengan nada yang keras, memecahkan semua ketenangan yang diciptakan suasana danau ini. Entah mengapa aku merasa jengkel, seakan ada yang salah menurutku, tetapi aku tidak bisa menyalahkan perasaan dari seseorang. Karena perasaan  itu muncul secara alamiah, aku tidak bisa untuk mengontrol perasaan seseorang, siapa aku? Beraninya ingin mengatur hal tersebut. Bodoh. Perjalanan pulang hanya menyisakan lamunan dan hening di antara kita, sibuk dengan pikiran masing-masing, saling menyalahkan apa yang telah terjadi. Hahhh bodohnya aku kenapa aku seperti itu tadi, penyesalan yang datang diakhir menghantui diriku, rasa bersalah yang amat aku sesali dan semestinya tidak aku lakukan. Komplek rumahku sudah terlihat, menandakan tempat tujuan akan tiba. Ketika telah berada di depan rumah aku segera turun tanpa mengucapkan apakah apapun, tetapi dari belakang ada suara teriakan yang dilemparkan kepadaku.

"Angel! Aku minta maaf kalau perasaanku membuatmu nggak nyaman"

Aku tetap diam dan terus berjalan kedalam rumah, tanpa memperdulikan suara tersebut.

* * * * * * * * * * * * * * * *

Lama sekali aku termenung di depan kaca kamar mandi ini, menyusun dan mengingat memori-memori beberapa bulan lalu yang telah lama ingin aku hilangkan. Bongkahan memori itu yang selalu muncul di permukaan pikiranku seakan menuntut diriku atas kesalahanku di masa lalu, menciptakan penyesalan terhadap kesalahan tingkahku. Keberadaannya yang entah tidak aku ketahui semenjak kejadian itu, seakan dia menghilang tanpa jejak atau memang menghindari diriku untuk selamanya. Aku telah mencarinya kemana-mana tidak ada yang mengetahui keberadaannya, kebingungan dan penyesalan yang masih melekat pada diriku. Aku menginginkan dirinya dan aku ingin memutar kembali waktu ini, tindakan yang tanpa aku pikirkan membuatku selalu menyalahkan diri sendiri. Entah salahku di mana, tetapi aku merasa salah dan aku baru menyadari hal tersebut. Untuk kalian yang tahu keberadaan Brian Dirga, katakan kepadanya Angelia Gercia dulu nyaman ketika berada bersamanya walaupun itu hanya sebentar, tetapi hal tersebut tidak memungkiri bahwa menjadikan adanya cinta yang akan bersemi.


2 komentar :