Kedudukan Pemimpin Perempuan dalam Perspektif Islam (Kepemimpinan Banazir Bhutto)

 


Wanita Muslim Pertama yang Memimpin Negara (Perdana Menteri Pakistan Tahun 1988-1993)

Benazir Bhutto, lahir di Karachi pada tanggal 21 Juni 1953, merupakan anak pertama dari mantan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto. Benazir Bhutto perempuan yang telah dua kali terpilih menjadi Perdana Menteri merupakan seorang perempuan yang melalui strategi dan prestise mampu mengalahkan lawan politiknya yang otoriter. Hal ini yang menjadikan ia sebagai pelopor kepemimpinan perempuan pertama dalam Negara Islam.

Benazir Bhutto telah mengukir sejarah besar dalam kontribusi politik perempuan di dunia Islam. Semakin terbukanya kesempatan bagi Wanita Muslim dalam mengenyam Pendidikan lebih tinggu telah mendorong kaum Muslimah di seluruh dunia untuk semakin terlibat di bidang politik.

Bhutto dikenal antusias menghidupkan berbagai proyek ilmiah termasuk masalah penggunaan tenaga nuklir untuk energi. Masa kepemimpinannya telah berhasil meluncurkan, setidaknya, 5 program ruang angkasa nasional yang dimotori putra-putri terbaik Pakistan sendiri. Bahkan di era kedua masa pemerintahan Bhutto, Ketua Partai Rakyat Pakistan selama 25 tahun ini berhasil mempelopori era informasi dengan mewajibkan rakyatnya cakap mengoperasikan Komputer.


Karakteristik Kepemimpinan Benazir Bhutto

Beberapa hal yang dilakukan Benazir Bhutto saat menjadi Perdana Menteri, di antaranya:

1.      Menolak adanya literatur klasik yang dianggap sebagai kitab suci setelah Al-Qur’an dan hadis yang berisi adosentris dimana laki-laki menjadi ukuran segalanya (man is the measure of all things).

2.      Lebih menekankan pentingnya manifestasi dari substansi atau makna ketimbang aspek formalistik oleh kekuasaan otoriter yang membelenggu hak warga negara, terutama perempuan yang dianggap sebagai warga negara kelas dua. Sehingga melahirkan pemikiran kesetaraan gender pagi rakyat Pakistan yang telah lama tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa.

3.      Membentuk National Plan for Action (NPA) merupakan kebijakan Nasional untuk pengembangan dan pemberdayaan perempuan.

Kepemimpinan Benazir Bhutto membuahkan hasil yaitu demokrasi sebagai Pilar dalam menjalankan roda pemerintahan. Benazir Bhutto berhasil melunturkan budaya patriarki di tengah-tengah masyarakatnya. Melalui pendekatan women empowerment akan melihat bagaimana proses Benazir dalam meningkatkan kesadaran perempuan-perempuan di Pakistan agar bisa menyuarakan hak-haknya yang selama ini tidak terdengar di pemerintahan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang pendidikan dan masa lalunya membentuk Benazir dalam pembuatan kebijakannya. Sehingga di dalam kepemimpinannya, Benazir ingin mencapai nilai demokrasi di Pakistan dengan berusaha meningkatkan angka partisipasi perempuan di dalam perpolitikan Pakistan. Namun sebelum mencapai nilai demokrasi tersebut, Benazir berusaha menghapuskan angka diskriminasi terhadap perempuan dan juga memperbaiki sistem pendidikan di Pakistan.


Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama yang bersifat universal, mampu mengatur berbagai dimensi kehidupan anak manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termasuk mengatur masalah kepemimpinan dalam mengkhalifahi bumi ini.

Ilmu kepemimpinan secara ilmiah kian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan Scientific Management (manajemen ilmiah). Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat, pengalaman dan laki-laki saja, tetapi juga pada kemampuan dan kesiapan perencanaan, analisis, pengembangan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin yang sesuai dengan tuntutan syari’at, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.

Kedudukan pimpinan perempuan dalam Islam merupakan sesuatu yang unik dan urgen dibicarakan, bahkan selalu menjadi perdebatan yang tak kunjung usai. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan merupakan akad timbal balik antara pimpinan dan rakyat yang tugasnya cukup komplek, sebagai pelayan ummat yang harus mampu mewujudkan rasa keadilan, menciptakan rasa aman, menjaga disintegrasi sampai pada kemampuan mendaptakan Negara Baldatun Thaiyibatun Warabbun Ghafur “Negeri yang baik dengan Rabb (Tuhan) yang Maha Pengampun”.

Sebagai manusia ciptaan Allah SWT, perempuan juga berhak untuk memimpin, dalam lembaran sejarah Islam, Istri Rasulullah SAW, Aisyah R.A. juga pernah berperan dalam kancah kepemimpinan bahkan dalam peperangan. Perempuan juga diciptakan untuk menjadi Khalifah di muka bumi sebagaimana diberikan kepada laki-laki, namun dengan satu konsekuensi yaitu mampu mempertanggungjawabkan segala bentuk kegiatan yang dipimpinnya kepada Alah SWT.

Posting Komentar