Hari
Ahad besok Arta dan teman-teman sekelasnya akan melaksanakan studi ilmiah.
Mereka akan mengunjungi Air Terjun Tujuh Bidadari dan Mata Air Madu. Selain
bertamasya, mereka juga akan belajar tentang alam.
Semalam
sebelum pergi studi ilmiah, Arta menyiapkan beberapa keperluan yang akan dibawa.
Ia membawa beberapa makanan ringan dan minuman untuk dinikmati saat perjalanan.
Tak lupa Arta juga membawa sarung untuk salat ketika di tempat wisata. Sudah
menjadi kebiasaan Arta jika pergi kesuatu tempat pasti selalu membawa sarung.
Seusai
menyiapkan barang-barang, Arta beranjak pergi ketempat tidur. Sebelum tidur tak lupa ia panjatkan doa. Malam
yang dingin ini membuat ia cepat terlelap dalam mimpi. Malam pun mulai hening
seakan memberi kenyamanan bagi para manusia untuk beristirahat.
🥰🖤🥰
"Nak
bangun, ayo segera ambil air wudlu. Kita shalat subuh berjamaah," suara Bunda
membangunkanku.
"Iya,
Bun. Arta bangun nih." sambil mengucek mata, aku mencoba duduk. Bunda
pergi meninggalkanku ketika aku sudah benar benar bangun. Aku lihat jam dinding
ternyata sudah pukul setengah lima. Aku segera menuju ke kamar mandi.
"Bundaaaa!"
panggilku sedikit keras.
"Ada
apa, Nak? Teriak-teriak, gak sopan," jawab bunda sedikit kesel.
"Maaf
Bunda, habisnya air krannya mati. Aku gak bisa ambil wudlu nih," jawabku
sambil cengengesan.
"Yaudah
wudlu diluar aja sana!" saran bunda.
"Hah
wudlu diluar? Emang wudlu dimana bunda?" tanyaku agak heran.
"Itu
di pipa yang nampung air hujan. Mumpung di luar masih hujan, sana wudlu!"
jawab Bunda agak sedikit tersenyum tertawa.
"Hah
wudlu pakai air hujan, emang boleh, Bunda?" Aku bertanya, semakin heran.
"Dah
sana wudlu dulu, kita shalat subuh dulu. Setelah selesai shalat nanti bunda
jelasin. Nanti keburu habis waktu subuhnya." suruh Bunda.
"Iya,
Bunda," jawabku mengalah. Aku berjalan keluar rumah. Ternyata di luar
memang sedang hujan. Begitu aku membuka pintu hawa dingin pun menyerang. Segera
aku berwudlu di air yang mengalir dari pipa. Setelah selesai wudlu aku dan
bunda pun melaksanakan shalat subuh berjamaah.
Setelah
shalat usai, wiridan juga sudah selesai. Aku menanyakan kepada Bunda tentang
air hujan buat wudlu tadi. Apa air hujan boleh buat wudlu? Akupun mendekati
bunda yang masih memakai mukenah.
"Bunda,
tentang air hujan tadi, bagaimana penjelasannya bunda?" tanyaku pada
bunda.
"Hahaha,
kamu memang anak yang haus ilmu Arta," jawab bunda.
"Aaaahhhh,
Bunda. Cepat jawab, aku dah gak sabar mau tau jawabannya." Aku merengek.
"Baik,
Nak. Kamu tuh suka gak sabaran kalo masalah ilmu. Jadi, air hujan itu termasuk
dalam tujuh air suci yang dapat mensucikan. Arta tau apa saja tujuh air suci
mensucikan itu?" jawab bunda.
"Oohhh
gitu tho bunda. Tapi aku gak tau apa saja tujuh air suci mensucikan,"
sahut Arta.
"Baiklah
bunda akan jelaskan tentang tujuh air suci mensucikan. Dalam islam, air suci
mensucikan adalah air suci yang bisa digunakan untuk mensucikan tubuh dari
segala macam hadast dan najis. Air suci mensucikan ini ada tujuh macam yang
terbagi dua bagian, air langit dan air bumi. Tujuh macam air tersebut ialah :
air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air sumber(mata air), air es, dan
air embun. Jadi kita bisa menggunakan tujuh air itu untuk bersuci seperti wudlu
dan mandi. Paham?" jelas bunda.
"Ohhh
begitu tho bunda, Arta paham kok. Oh iya bunda, hari ini aku mau pergi ke mata
air bunda. Aku mau bersiap siap dulu ya. Mau mandi dulu bunda," sambungku
sekaligus beranjak berdiri.
"Iya
sayang. Sana mandi dan bersiap siap." Bunda menjawab. Aku pun pergi
meninggalkan bunda.
……………………
Pagi
itu, aku dan teman sekolahku akhirnya pergi menuju tempat tujuan studI ilmiah.
Kami berangkat menggunakan bus. Di dalam bus kami asik bercerita bersenda gurau
membayangkan keindahan tempat tujuan kami.
Lama
perjalanan adalah sekitar tiga jam dari sekolah. Akhirnya setelah tiga jam
perjalanan kami sampai di Air Terjun Tujuh Bidadari. Di tempat ini,
pemandangannya sangat indah. Ada tujuh air terjun yang mengalir. Oleh sebab
itu, air terjun ini dinamakan tujuhbidadari.
Setelah
satu jam menikmati air terjun kami melanjutkan studi kami. Tujuan kami
selanjutnya adalah Mata Air Madu. Satu setengah jam dari Air Terjun Tujuh
Bidadari. Kali ini bus terlihat agak sepi.
Sesampainya
di Mata Air Madu ternyata hari sudah siang. Waktu shalat dzuhur pun telah tiba.
Kami melaksanakan shalat dzuhur di mushola dekat mata air tersebut. Saat
setelah selesai shalat aku bertanya tanya dengan guruku.
"Ustaz,
apa di mushola ini airnya berasal dari mata air itu?" tanyaku pada guruku.
"Iya,
Arta," jawab guruku.
"Berarti
kita tadi berwudlu dengan air dari mata air ya ustaz? tanyaku lagi.
"Iya
Arta, air yang kita gunakan untuk berwudlu tadi berasal dari mata air,"
jawab guru.
"Ustadz,
apa benar mata air termasuk dalam tujuh air suci mensucikan? Tadi pagi bundaku
baru saja menjelaskan tentang masalah tujuh air suci mensucikan," jelasku.
"Benar
sekali apa yang ibumu jelaskan. Mata air adalah air yang termasuk dalam tujuh
air suci mensucikan. Dalam kitab ghayah wa taqrib dijelaskan air suci
mensucikan itu terbagi dalam tujuh air. Yaitu air hujan ( ma'us sama'i), air
laut ( ma'ul bahri ), air sungai ( ma'un nahri), air sumur ( ma'ul bi'ri), air
sumber/mata air ( ma'ul aini), air es ( ma'us salji), dan air embun ( ma'ul
bardi ). Begitu arta, penjelasannya.
"Wahhh,
terima kasih ustaz. Sekarang saya sudah semakin paham tentang tujuh air suci
mensucikan ini. Saya pamit dulu ya ustaz" ucapku dan pamit meninggalkan
guruku.
Akhirnya
aku habiskan hari itu dengan menikmati kekuasaan Allah. Senang rasanya
bertamasya sambil belajar. Apalagi dapat ilmu baru tentang tujuh air suci
mensucikan. Sungguh menyenangkan hari ini.
End.
Posting Komentar