Bahagia adalah suatu
keadaan yang selalu diinginkan oleh semua orang. Keadaan di mana kita merasa
tenang, berkecukupan, nikmat, gembira, serta merasakan cinta. Oleh karena itu,
seseorang akan menempuh berbagai cara untuk menggapai kebahagiaan. Bekerja
keras untuk mendapatkan banyak uang sehingga hidup kecukupan bagi sebagian
orang seringkali membuat hidup mereka bahagia. Ada pula sebagian orang yang
muak dengan keramaian lingkungan sekitarnya lalu mencoba menjauh mencari tempat
yang hening dengan tujuan ketenangan jiwa sehingga membuat mereka bahagia,
banyak pula manifestasi kebahagiaan lain yang tak perlu saya sebutkan satu
persatu.
Beberapa contoh di atas
barangkali bukan suatu contoh yang aneh, tidak bisa saya pungkiri ketika
seseorang bekerja keras dan mendapatkan uang yang kecukupan maka hatinya akan
bahagia. Lalu, apakah kebahagiaan datang ketika kita memiliki banyak uang atau
hidup berkecukupan? Apakah seseorang harus menjauh dari keramaian mencari
tempat yang sunyi untuk mendapat ketenangan dengan itu bisa merasa bahagia?
Apakah setiap orang harus mendapatkan apa yang ia inginkan agar bia bahagia?
Begitulah kira-kira pertanyaan yang timbul dibenak saya dari
kegelisan-kegelisahan melihat fenomena penafsiran kebahagiaan di sekeliling
kehidupan yang saya jalani.
Lalu saya mencoba mencari jawaban dari pertanyaan, kegelisahan, dan segala kebingungan yang saya rasakan. Usaha saya mencari jawabanpun tik sia-sia, dalam hal ini saya tertarik dengan ceramah Gus Baha yang membahas perihal konsep bahagia yang saya rasa ini sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Dalam ceramahnya beliau mengatakan “kebahagiaan adalah anugerah dari Allah”.
Analogi yang beliau
katakan seperti ini, misal saya orang kaya dari hasil berdagang, kemudian
setelah kaya saya berkata “wah sekarang saya bahagia punya uang dan karyawan
banyak” dengan hal ini berarti saya telah menafikan puluhan tahun silam yang
bahagia hanya karena diberi pinjaman hutang 10 ribu, atau bahagia karena diberi
uang saku lima ribu, atau kebahagiaan lain karena diterima bekerja walaupun gajinya
dibawah rata-rata. Kita itu punya kisah bahagia dengan hal-hal yang kecil
karena Allah punya jalan untuk mengantarkan kebahagiaan sekecil apapun, saat
sudah mapan menganggap kebahagiaannya itu berkat kemapanannya kurang ajar
sekali menurut Gus Baha, dia menafikan nikmat Allah 20 tahun yang lalu saat
belum mapan.
Artinya kebahagiaan itu
ada di dekat kita selalu ada dengan kita bahkan sebelum kita minta, Allah sudah
memberi kebahagiaan untuk kita. Poinnya adalah kita harus menyadari bahwa
kebahagiaan adalah Anugrah dari Allah semata. Kemudian jangan sampai lupa juga
dengan “la’in syakartum la’aziidannakum,
wala’in kafartum inna adzabi lasyadid”. Akhir kata memiliki uang 100 ribu
dengan memiliki uang 100 juta dua-duanya bisa membuat kita bahagia tinggal
bagaimana kita bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan, maka itulah
hakikat kebahagiaan.
Posting Komentar