Membahas
mengenai tujuan kita beragama tentu tidak bisa jauh dari kata syariah yang
merupakan standar utama dalam menentukan kualitas seorang hamba. Dengan pedoman
Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi sumber dasar dalam menjalankan kehidupan
beragama Islam, baik dengan Rabb-Nya maupun dengan sesama Manusia, diharapkan
akan tercipta seorang muslim yang berislam sesuai tuntunan nabi.
Berislam sesuai
tuntunan nabi berarti meneladani dan mengamalkan segala hal yang berasal dari
nabi, baik perkataan, perbuatan maupun taqrir-nya.
Dalam hal ini nabi menjadikan As-Sunnah
sebagai sumber utama ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran. Beliau merupakan
seorang Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia.
Kanjeng Nabi tidak diutus, kecuali untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
Ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ
مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR.
Al-
Baihaqi dalam
al-Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782), al-Bazzar dalam Musnad-nya (no. 8949)
Nabi diutus hanya
untuk memperbaiki akhlak manusia dan semua hal lain dikecualikan.
Ini bisa diartikan bahwa pengamalan atau
implementasi kelima rukun Islam, jika tidak mencerminkan atau menghasilkan
proses penyempurnaan akhlak, maka tidak pantas jika disebut sebagai Islam yg
sesungguhnya.
Pengucapan syahadat, tindakan salat dan seterusnya,
memang bukan tujuan dari perilaku keagamaan kita. Namun dari syariat tersebut Nabi
mengimplemetasikan keislamannya, serta mencerminkan akhlaknya dalam berislam.
Akhlak
Rasulullah itu yang seperti apa?
Dalam salah satu hadist
shahih yang diriwayatkan oleh Muslim. Hisyam bin Amir pernah bertanya
kepada Aisyah R.A. tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah pun menjawab, “Akhlak beliau (Nabi SAW) adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam)
Al-Quran” disini karakter dari
Rasulullah SAW tidak lain yaitu menjalankan Islam dan syariat-Nya. Perwujudan
dari keta’atan beliau
terhadap perintah dan larangan Allah S.W.T. Senantiasa mengerjakan apa yang
diperintahkan, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya.
Jadi apakah sholat dan praktik keagamaan lainnya
bukan suatu kewajiban yang harus kita jalankan?
Ya tidak boleh begitu juga, Ferguso! bukan berarti salat, atau ritual/praktik keagamaan lainnya
tidak perlu dijalankan. Rukun Islam yang lima dan yang selainnya tetap harus
dilakukan, bukan menurut tujuan-nya-
tapi sebagai jalan yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut. Karena
setiap amalan syariah yang sudah digariskan untuk dijalankan oleh seorang
muslim yang shalih. Sebagai bukti ta’at dan tunduk kepada Sang Khaliq dan
Rasulullah sesuai anjuran yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan pastinya mengandung hikmah. Kita bisa ambil
contoh rukun islam yang pertama yaitu syahadat, maksud syahadat disini adalah
membenarkan risalah yang dibawa Rasulullah. Sehingga kita sebagai Muslim harus
membenarkan apa yg dibawa Baginda Nabi untuk dipercaya dan diyakini ajarannya.
Contoh lainnya rukun Islam yang kedua yaitu sholat,
yang secara sepintas, banyak dari kita hanya hanyut pada makna pertemuan
seorang hamba dan Rabb-Nya. Jika
ditelisik lebih dalam, sholat mengandung banyak sekali nilai-nilai luhur yang bisa
diterapkan dalam kehidupan kita sebagai mahluk sosial. Jika kita benar-benar
menghayati dan khusyuk dalam salat, mengetahui manifestasi salat, bukan hanya sebatas
gerakan ritual peribadatan. Maka tentu hal itu akan semakin membuat seorang
Muslim sebagai manusia lebih bisa memahami manusia lainnya tanpa pandang bulu.
Karena tujuan Islam adalah Rahmatan Lilalamin bagi seluruh alam semesta dan
tidak terkecuali manusia secara keseluruhan. Yang mampu mendamaikan, memberi
kasih-sayang, sesama Muslim pada khususnya dan sesama Manusia pada umumnya.
Bila tujuan beragama kita hanya sebatas menggemakan
tegaknya syariah, maka gerakan semacam ini akan menimbulkan penyimpangan yang
jauh sekali, dan penyimpangan ini sudah menggejala di mana-mana. Seorang alim ulama yang paham
agama melakukan korupsi, atau seorang yang rajin beribadah tapi suka bergunjing
dan menyebarkan fitnah. Hal semacam ini sudah ada sejak zaman Rasulullah,
mereka yang rajin menjalankan perintah agama tapi hanya sebatas kewajiban,
menyebarkan kebencian dan fitnah dimana-mana. Karena tujuan beragama mereka
sudah bergeser dari penegakan akhlak/budi pekerti ke penegakkan syariah semata
sebagai penggugur kewajiban.
Jika ditelisik lebih lanjut, feedback dari menjalankan ibadah syariah, merupakan bentuk-bentuk
ibadah sosial. Bermuamalah atau hubungan antara
seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya. contoh “ibadah sosial” adalah menyantuni anak yatim,
membantu fakir-miskin, memberi bantuan beasiswa pendidikan, menolong para
korban bencana, menggalakkan penanggulangan kemiskinan dan kebodohan, merawat
alam dan lingkungan, berbuat baik dan kasih sayang kepada sesama umat dan
mahluk ciptaan Tuhan.
Ini berlaku bagi mereka yang mengabdikan diri di masyarakat
untuk memberangus kemiskinan, ketimpangan sosial dan hal-hal yang berkaitan
dengan proses penyempurnaan akhlak yang dampaknya dirasakan oleh orang lain.
Namun apa yang terjadi sekarang adalah banyaknya
trend orang berhijrah hanya sekedar menegakkan syariah, tapi lupa untuk
menegakkan akhlak. Padahal esensi berhijrah adalah pindah dari tempat yang
buruk ke tempat yang lebih baik. Lupa hakikat, bahwa memperbaiki Budi luhur
adalah tentang bagaimana kita menghormati pandangan orang lain tanpa maksud
menghakimi pandangannya, bahwa dia salah dan saya benar. Banyak orang lalai,
sekedar menjadi benar daripada menjadi baik.
Lupa tujuan akhir kita hidup adalah bersama-sama
menuju jannah-Nya. Bahwa urusan surga-neraka
hanya urusan Tuhan. kita sebagai mahluk-Nya hanya berusaha beramal shaleh,
tidak mudah terprovokasi sentiment. Tentu saja kita boleh berprinsip, bagaimana
berislam yang begini, yang begitu. Tapi jangan saling berselisih, sampai menyempitkan
perbedaan yang ada. jangan merasa paling benar dalam menegakkan syariah. Karena
syariah hanya jalan menuju tujuan yang sebenarnya-yang menjadi risalah nabi
diutus ke dunia yaitu menegakkan akhlak, menyempurnakan akhlak manusia.
Wallahu a'lam bi showab.
Semoga Allah melindungi kita dari berburuk sangka.
NB: tulisan ini
dibuat setelah membaca Buku Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari, pada
sebuah kutipan yang menggugah penulis untuk memberikan pandangannya terhadap
permasalahan sosial yang sudah mengejala dimana-mana, dulu hingga sekarang.
Tentu banyak sekali kelemahan yang disebabkan dasar pengetahuan penulis yang
minim dan penuh keterbatasan dalam hal sastra.
Terima kasih.
Posting Komentar