The Most/Recent Articles

Sembilu Nayanika

 


Matahari mulai memunculkan sinarnya untuk semesta, mengantarkan pagi yang baru, membangunkan manusia untuk bahagia. Sinar matahari mulai menembus jendela kamar Anika yang ditutupi kain Mewah. Anika terbangun sejenak, ia menatap langit-langit kamar. Matanya masih terasa berat sebab tangisannya tadi malam.


Anika duduk di sisi ranjangnya gadis itu melihat sudut kamar kecilnya yang terpasang fotonya dengan keluarga bahagianya. Di tengah keheningan, tiba-tiba terdengar suara pecahan piring kaca dari luar.

 

Seperti Biasa, Anika hanya bisa menangis dan menutup telinga dengan kedua tangannya. Air matanya bergulir tiada henti. Rasanya gadis itu tak sanggup lagi tetap bertahan dalam situasi seperti ini. Anika tidak kuat lagi hidup dalam lingkaran kesedihan di dalam rumahnya.

 

Anika Berjalan perlahan ke luar dari rumah tanpa menghiraukan suara-suara yang sangat mengganggunya. Di tepian jalan ía tetap berjalan tanpa tujuan, sembari melihat kendaran melaju melewatinya. la menatap sekelilingnya di antara bayang bayang pepohonan dan rumah. Anika Berhenti melangkah saat melihat Seseorang berhenti tepat di depannya.

"Ada yang mau kukatakan padamu" Orang itu memulai pembicaraan.

Anika lantas menatap orang itu. la sangat kenal dengan wanita yang kini di depannya.

"Kenapa?" Wanita itu bertanya kepada Anika dengan sangat datar.

Anika hanya diam. "KENAPA KAU HARUS ADA DI ANTARA KAMI, KENAPA KAU HARUS LAHIR DI DUNIA INI!” Wanita itu mulai Membentak.

 

Wanita itu mendorong Anika ke jalan hingga terjatuh.

"PERGI! "

 

Anika memegang sikunya yang sedikit berdarah kemudian Berdiri. Tanpa rasa takut, ia mendekati wanita itu dengan menunduk.

 "Apa kata anda? kenapa saya harus lahir di dunia?

Anika kemudian mendongak "TANYAKAN SENDIRI PADA SUAMI ANDA! KENAPA DIA SUDI PUNYA ISTRI JALANG SEPERTI ANDA!” Aniika membalas bentakan itu.


Ini tidak hanya sekali dua kali seperti ini. Dan kali ini, dia melawan karena ia merasa sudah sangat muak dengan situasi seperti ini.


Anika berbalik badan berniat untuk pulang

"Hilanglah dari dunia ini, dasar Anak Jalang!" ucap wanita itu Anika terus melangkah sembari terisak diiringi teriakan wanita itu.


Anika adalah gadis sederhana yang hidup dengan kasih sayang dari ayah-ibunya. Hidupnya berkecukupan,.la merasa sangat nyaman dengan dunianya. Tetapi semua itu hanya sementara.  Ayahnya ternyata telah mendua dengan perempuan lain dan lebih parahnya lagi, ayah dan selingkuhannya sudah mempunyai anak yang seumuran dengan Anika.


Anika dan ibunya dijauhi semua orang karena mereka mengira bahwa ibunyalah yang menjadi wanita simpanan ayahnya. Ibunya dianggap menjadi jalang. Mereka terus mencemooh Anika dan ibunya tanpa memperdulikan separah apa dampaknya kepada Anika dan ibunya.

Ayah dan selingkuhannya berkerja sama untuk merebut harta ibunya.


Selanjutnya teror mulai mendatangi keluarganya hingga menumbuhkan kesalahpahaman antara ibu dan ayah, setiap hari Ibu dan ayah terus saja bertengkar sampai menimbulkan suara pecahan kaca.

“Nika?” panggil ibunya membuyarkan lamunan Anika. Gadis itu tetap terdiam

"Anika sayang, tolong buka pintunya sayang, ibu mau bicara tentang kepindahan kita"


Ibu memang sudah merencanakan kepindahannya. Pindah ke daerah yang cukup jauh, jauh dari orang-orang yang melukainya. Tapi bagi Anika, ini hanyalah pelarian diri. Raganya jauh tapi jiwa dan pikirannya masih di tempat yang sama. Anika sudah terlanjur merasa frustasi berkepanjangan.

Dalam pikirannya yang berisik ia mendengar suara Naya saudari tirinya anak dari selingkuhan ayahnya. Naya menginginkan Anika lenyap dari dunia ini. Naya ingin Anika Meninggalkan dunia ini.

***

Anika melihat tubuhnya yang terbujur kaku yang ditumpahi tangisan penyesalan dari kedua orang tuanya. Ia mengingat keadaan yang begitu cepat.

Awalnya ia berniat memutuskan nadinya dengan guting hitam yang ada di meja belajarnya. Ia merasa yakin dengan apa yang akan dilakukannya, ia tahu resikonya akan seperti apa, tapi situasi yang terus mendesaknya dan membuat ia yakin akan meninggalkan dunia ini. Namun ia urungkan niat ini dan mencoba bertahan dengan segala kondisi yang harus ia jalani.


Anika pun meletakkan kembali gunting hitamnya. Tidak lama saat ia mau berdiri dari kursi belajarnya, ia merasakan sakit kepala yang sangat hebat tidak seperti biasanya ia rasakan. Semakin lama sakitnya menjalar ke matanya. Anika pun tidak bisa melihat sekelilingnya dengan jelas. Gulir darah keluar dari hidungnya. Anika tidak kuat lagi menopang tubuhnya dan akhirnya Anika pingsan.


Saat Anika masih menutup mata, muncul cahaya putih menyinari dirinya. la pikir cahaya itu muncul atas luapan fantasinya yang berhasil memutus urat nadinya. Kemudian Anika tahu bahwa kematiannya akan membawa keadaannya menjadi lebih baik dan ini yang diinginkan semua orang.

Anika tersenyum, ia tak merasakan kesedihan Sekarang, ia tak perlu merasakan kekerasan dari orang-orang disekelilingnya. la sudah bebas dan hidup dalam kedamaian yang dirindukan.

Telaah Praktek Pendidikan yang Memerdekakan


Koneksi Antar Materi -Topik 5

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik V dengan Topik I, Topik II, Topik III dan Topik IV. Sejauh mana topik tentang Telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan Peserta didik.

A.   Keterkaitan Topik I dan V


Pada Topik I kita telah mempelajari mengenai "Perjalanan Pendidikan Indonesia" yang ditandai dengan rentang waktu sebelum dan sesudah masa kemerdekaan. Pada masa Hindia Belanda keberadaan satuan pendidikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bagi penjajah. Kalangan yang merasakan pendidikan pada masa itu adalah para bangsawan yang memiliki peran penting bagi pemerintah colonial, sehingga kesenjangan terjadi bagi masyarakat pribumi non-bangsawan.

Dimulai dari abad 19 dengan pelaksanaan Politik Etis yang notebene dilatarbelakangi oleh kritis sosial yang muncul untuk memberikan kesejahteraan bagi tanah jajahan yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi kejayaan Negara Netherland. Pendidikan menjadi isu sentral yang menginisiasi pendirian berbagai komunitas, sekolah, atau lembaga pendidikan diperuntukan untuk segala kalangan.

Sekolah Rakyat adalah salah satu tindakan Politik Etis oleh pemerintah Hindia Belanda, yang diperuntukan untuk masyarakat pribumi usia 7 sampai 12 tahun. Namun pada praktiknya Sekolah Rakyat ini masih belum benar-benar menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat pribumi, adanya diskriminasi rasial dan biaya yang mahal membuat pelaksanaan pendidikan masa ini lebih berfokus pada kepentingan kolonial daripada memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak pribumi.


Sekitar abad 20 bermunculan sekolah-sekolah atas inisiasi tokoh bangsa yang memiliki kesadaran terhadap kondisi pendidikan masa itu. Diantaranya adalah pendirian Taman Siswa oleh Ki Hadjar Dewantara dan sang istri dibantu oleh kawan perjuangan lainnya. Cikal-bakal pendidikan yang bernafaskan persatuan bangsa nampak dalam proses perjalanan Taman Siswa. Semangat nasionalisme ini yang nantinya akan melahirkan sistem pendidikan pasca- kemerdekaan.

Keterkaitan dari Perjalanan Pendidikan Indoesia dengan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan bangsa nampak adanya ciri khas mewujudkan pendidikan sebagai usaha untuk meraih kebahagiaan dan mencapai potensi yang dinginkan tiap manusia yang terdidik. Fondasi pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar mengajarkan rasa nasionalis dan persatuan bangsa yang merepresentasikan makna Pancasila seutuhnya.

B. Keterkaitan Topik II dan IV

 

Topik II kita telah belajar mengenai "Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara" yang menerangkan adanya pendidikan bertujuan untuk jalan menuju keselamatan dan rasa bahagia dalam hidup siswa sebagai manusia merdeka.

Pada masa kini, pendidikan adalah hal yang hak bagi setiap warga negara yang dijamin dan diberikan oleh negara untuk generasi penerus bangsa. Keberpihakan dalam pembelajaran menjadi fokus pendidikan masa kini yang secara cerdas telah dipikirkan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan Sistem Among. Guru memberikan kebebasan kepada siswa agar dapat menemui dan mendalami apa yang ingin mereka temukan dan dalami (re: passion/cita- cita/keinginan) secara merdeka. Jalan kemerdekaan ini akan mengantarkan siswa dalam kebahagiaan dan keselamatan sebab dapat memenuhi rasa haus keinginantahuannya. Bayangkan jika semua orang mendalami yang memang ia berpotensi besar dalam bidangnya tersebut dengan perasaan senang tanpa adanya stereotip pada hal-hal tertentu. Betapa dunia akan berjalan dengan baik jika setiap manusia mencapai rasa bahagia sebab menjalani pada apa yang disenanginya. Perasaan senang akan melahirkan kreatifitas dan tahan banting dari keuletan ini maka manusia dapat mencapai potensi tertingginya. Maka Sistem among akan mengantarkan pada para siswa terdidik tanpa paksaan dengan dibantu oleh guru yang membimbing dengan asah, asih dan asuh.


 

Keterkaitan dengan pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dan Memerdekakan jelas nampak sebab guru mengakomodir hal-hal yang ada pada diri siswa untuk dikembangkan sesuai kodrat alam dan kodrat zaman abad 21 ini. Sehingga peserta didik akan lebih berkembang jika didukung setiap keinginan dan minat dalam diri peserta didik.

C. Topik III dan Topik V

 

Topik III membahas mengenai Identitas Manusia Indonesia yang tidak dapat dinafikan sebagai entitas keberagaman yakni menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Indonesia hadir dalam berbagai wajah, warna kulit, ras, etnik, suku, agama dan bahasa yang terangkum dalam nilai-nilai kebhinekatunggalikaan. Tanpa adanya nilai persatuan, praktik menghayati nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan tidak akan benar-benar dihayati dan diresapi. Maka proses perwujudan Pancasila dialirkan melalui program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang berlandaskan Manusia Pancasila Indonesia yang menjawab tantangan zaman abad 21.

Nampak jelas bagian keterkaitan Topik III dan Topik V yang membahas mengenai Identitas Manusia Indonesia yang ditemukan dalam Pendidikan yang Berpihak dan Memerdekaan pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21, dalam hal mengenali identitas pada peserta didik akan membuat guru memahami bagaimana memberikan pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik utamanya dalam program P5.

A. Topik IV dan Topik V

 

Topic IV membahas mengenai Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia yang menjadi dasar pendidikan untuk mengakomodir setiap pengalaman peserta didik yang berbeda. Keberadaan keberagaman lintas-budaya dalam kehidupan bangsa Indonesia memberikan warna yang khas untuk dikuatkan dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan. Dengan mengenal keberagaman tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan yang ada akan lebih memihak siswa. Kemerdekaan belajar yang diberikan kepada siswa diharapkan akan melahirkan peningkatan belajar.




Nama               : Solikhatun Khasanah

NIM                   2401680241

Prodi/Kelas     : PGSD/C

Mata kuliah     : Filosofi Pendidikan Indonesia


Pra-Pesan Buku Berpolitik dengan Gigih dan Berani



Judul Buku    : Berpolitik dengan Gigih dan Berani

Penulis            : Miftakhurrokhim & Ellen Kurnialis

Halaman         : 91 halaman

Harga              : 45.000

Stok                  : 80 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Menentukan pilihan politik adalah salah satu hak yang dimiliki setiap warga negara, namun menentukan pilihan keberpihakan kepada orang-orang yang lemah dan tertindas adalah sebuah kewajiban bagi kita yang masih menyandang gelar manusia. Dalam kitab suci mana pun pasti diajarkan hal-hal yang demikian. Maka berpolitik dengan gigih dan berani, menghadapi segala macam tantangan dan hambatan yang ada di tengah jalan merupakan sikap politik yang harus dimiliki pemuda hari ini. Buku ini akan mencoba mengupas beberapa hal penting yang layak untuk direfleksikan bersama, terkait fungsi dan guna kita dalam berpolitik sebagai manusia.


Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Pra-Pesan Buku Menelusuri Jejak Langit dan Jiwa: Sebuah Antologi Puisi Kosmologis dan Spiritual



Judul Buku    : Menelusuri Jejak Langit dan Jiwa: Sebuah Antologi Puisi Kosmologis dan Spiritual

Penulis            : Aditya Hera Nurmoko

Halaman         : 215 halaman

Harga              : 60.000

Stok                  : 100 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Aku adalah diriku, dalam cermin kehidupan,

Perjalanan yang tak pernah usai.

Pencarian makna, yang tak kenal henti.


Aku adalah diriku, utuh dan sempurna,

Sebuah karya seni, yang terus berkembang.

Aku adalah diriku, penuh potensi,

Siap bersinar, dan menginspirasi.

Menjalani hidup dengan penuh arti.


Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Pre-Order Buku Evaluasi Program pada Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri



Judul Buku    : Evaluasi Program pada Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

Penulis            : Prof. Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph.D., Dr Saminanto, S.Pd., M.Sc., Pungky Lela Saputri, S.S.T., M.E.   

Halaman         : 80 halaman

Harga              : 50.000

Stok                  : 100 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Buku ini merupakan hasil jerih payah tim penulis yang telah berkolaborasi dengan penuh dedikasi untuk menyusun materi yang bermanfaat dan relevan dalam konteks evaluasi program, khususnya dalam lingkup Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Kami menyadari pentingnya evaluasi program sebagai salah satu instrumen penting dalam memastikan efektivitas, efisiensi, dan kualitas pendidikan tinggi, khususnya yang berbasis agama.


Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Ojek Online




Oleh: Masnunah Nurul Faizah

Lagu ”Love Story” milik penyanyi-penulis berkebangsaan Amerika Serikat terdengar menggema dalam ruangan. Nampak seorang perempuan menganggukkan kepala ikut menyanyikan lagu tersebut dengan begitu semangat. Jemari lentiknya sesekali menari di atas keyboard laptop, dia sedang mengerjakan tugas kuliahnya.


“Romeo take me somewhere, we can be alone

I’ll be waiting, all there’s left to do is run

You’ll be the prince and I’ll be the princess

It’s a love story, baby, just say yes-

Romeo save me, they’re trying to tell me how to feel

This love is difficult, but it’s real

Don’t be afraid, we’ll make it out of this mess

It’s a love story, baby, just say yes

Oh, Oh,”


Senandung perempuan tersebut mengikuti irama lagu milik Taylor Swift.

Kalian pikir dia bersenandung tanpa membayangkan sosok lelaki yang dia idamkan? Lihat, betapa antusiasnya dia menyanyikan lagu tersebut. Dengan mata yang terpejam menikmati alunan musik tersebut, memori otaknya sibuk memutar bayangan wajah sosok lelakinya. 

Ups! Maaf, maksudnya, lelaki yang dia idamkan.

Faizah, namanya. Panggil saja perempuan tersebut dengan nama kecilnya, Icha. Tidak nyambung memang, namun begitulah kenyataannya. Kalau kata teman-teman Icha, “Ikan kembung nabrak ombak, ga nyambung, Mbak,” Konon katanya, nama Icha diambil dari kata Izah dengan tujuan mempermudah dalam penyebutannya. Maklum saja, Icha ini orang Jawa, bisa saja orang lain tidak memanggilnya Izah, tetapi Ija. Jadi, sebelum mendapat panggilan Ija, keluarganya memberi nama Icha.

Sama seperti remaja pada umumnya, kesibukan Icha saat ini kuliah, scroll video tiktok, makan, dan yah tentu saja masih menjadi beban orangtua. 

Saat ini Icha menduduki bangku kuliah semester tiga, prodi peternakan menjadi pilihannya sedari dulu SMA. Dia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya tertarik pada prodi tersebut, dia pikir prodi tersebut cukup mudah untuk dilampauinya. Namun siapa yang menyangka bahwa dalam perkuliahannya terdapat praktek yang menurutnya aneh, seperti mengukur diameter kuning telur.

Helaan napas keluar bersamaan dengan berhentinya lagu Love Story, jemarinya juga berhenti mengetik laporan praktikum yang tengah dikerjakan. Sedikit merenggangkan otot, dia rasa matanya sudah cukup lelah setelah menatap layar laptop berjam-jam. Sesaat kemudian matanya melotot begitu melihat angka jam yang tertera di pojok kanan bawah layar laptopnya. 

“Woy udah jam setengah satu malem,”cetusnya berjingkat. Tanpa basa-basi dia menutup laptopnya, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sedari tadi seperti menggodanya.

“Ya Allah, besok bisa telat kalo jam segini belum tidur,” monolognya, perlahan dia memejamkan mata, berharap hari esok menyenangkan baginya.

Raut tak bersahabat tercetak jelas pada wajah Icha. Alis yang hampir menyatu, mata menatap tajam, dan decakan sesekali keluar dari mulutnya. Jangan bertanya dia sebal pada siapa, dia sebal pada dirinya sendiri karena beberapa alasan. Pertama, dia bangun terlambat. Alarmnya sudah berbunyi nyaring sedari pukul lima pagi, namun matanya tidak bisa diajak kompromi. Kedua, motornya tiba-tiba tidak bisa dihidupkan.

“Ning, kenapa sih harus mogok sekarang?” ucapnya pada motor matic yang diberi nama kuning.

Berkali-kali dia tarik-buang napas, berharap rasa sebalnya dapat sedikit berkurang. Dua puluh menit lagi kelasnya akan dimulai, ditambah dosen pagi ini terkenal akan killer. Kalau sudah begini tidak ada pilihan lain selain memesan ojek online melalui aplikasi kuning. 


Ting!

Notif masuk saat driver menerima orderannya. Buru-buru dia membatalkan orderannya itu karena alasan tersendiri. Dicobanya lagi sampai lima kali, namun tetap orang tersebut yang menerima orderannya. Matanya memicing takut kala driver tersebut menghubunginya melalui fitur pesan yang tersedia dalam aplikasi tersebut.

“Cobaan pagi apalagi ini,” serunya frustasi. Dibukanya aplikasi ojek online yang lainnya. Helaan lega berhasil keluar setelah dia mendapatkan driver baru dengan waktu tunggu hanya dua menit.

Kelas sudah akan dimulai sepuluh menit lagi, sementara waktu perjalanannya dari kos ke kampus membutuhkan waktu lima belas menit. Dalam hati dia terus melafalkan sholawat, do’a, harap-harap dosennya datang terlambat atau keinginan paling baiknya dosennya tidak datang.


Tin!

“Atas nama Kak Icha?” ucap driver ojek online dengan jaket hijaunya, membuat Icha spontan mengangguk dan meminta helm. 

“Sesuai titik ya, Kak,” lanjutnya.

“Iya, Pak. Ayo kebut ya, Pak, saya sudah telat,”  balas Icha dengan menggebu. Pagi ini sudah sangat menguras energinya.

Motor driver tersebut baru saja berjalan dengan seimbang, tapi seruan dari belakang menginterupsi mereka untuk tidak jalan terlebih dahulu. Wajah Icha seketika tegang.

“Mbaakk, Mass, berhenti! Mbak itu tadi sudah membatalkan saya. Sudah lebih dari empat kali membatalkan saya. Kasih tau dia, Mas, saya sudah jauh-jauh menjemput tapi dibatalkan!” seru orang tersebut, diduga driver yang sedari tadi di-cancel oleh Icha.

“Pak ayo jalan aja, Pak, saya takut dengan driver itu,” ucap Icha lirih, dia sudah lemas.

“Baik, Kak,” motor tersebut kembali berjalan dengan cukup cepat, tanpa peduli dengan seruan orang tersebut.

Di tengah perjalanan driver tersebut membuka percakapan, “Tadi kenapa sama driver itu?”

“Ya Allah, Pak, saya sudah lebih dari tiga kali dipalakin. Minta uang tambahan, Pak, bukannya pelit, tapi mintanya itu ngga kira-kira, Pak,” jelas Icha menggebu. 

“Maaf ya, Pak, tadi jadi sempat ribut dulu,”

“Oh iya, ngga apa, saya juga ngga kenal,”

Hening kemudian, sampai ban motor itu pelan-pelan berhenti di depan gedung fakultas Icha. Selepas membayarnya, Icha dengan cepat naik ke lantai tiga, ruangan kelasnya akan dimulai. Demi apapun dia sudah telat sepuluh menit. Dosennya hanya memberi jatah terlambat lima menit.

***

Ceklek!

Tangan Icha membuka pintu dengan perlahan, dia sedikit menunduk memberikan salam kepada sang dosen. Sayang, bukan senyuman yang di dapat, dia malah mendapatkan tatapan tajam.

“Mau kemana? Silakan keluar jangan masuk kelas saja!” ucap dosen tersebut dengan tegas.

Kaki Icha rasanya sangat lemas, dia sudah berjuang untuk berangkat ke kampus. Hasilnya dia tidak diperbolehkan untuk ikut kelas.

“Apes banget pagi ini, bakal dapet kebahagiaan apa abis ini, Ya Allah,” lirihnya setelah keluar dari kelas. Menghela napas berharap kesabarannya bertambah.